Skip to main content

Pendapatan Pedagang kaki lima

         Pagi ini cukup cerah, maka kulaksanakan niat untuk mengambil barang dagangan di solo, setelah semua urusan selesai aku langsung melanjutkan perjalanan pulang, tetapi cuaca berubah mendung, meskipun sebenarnya mendung itu belum tentu hujan, aku pun hanya menerka-nerka saja mungkin akan turun hujan. Kulanjutkan perjalanan dan gerimis sudah mulai mengikutiku dari  arah belakang, akhirnya kusandarkan sepedamotor dan barang dagangan diparkiran sebuah masjid, lalu aku melanjutkan sholat dhuhur di masjid tersebut, hanya satu orang yang duduk di serambi sambil bermain hp. 
          


      Setelah sholat selesai ternyata sudah banyak sekali orang-orang yang berlindung di parkiran masjid, salah satunya seorang bapak yang sudah cukup tua, kurang lebih sudah berumur 60 tahun, setelah dia memparkirkan sepedamotor beserta barang yang dibawanya, dia sholat, dan setelah selesai, dia ikut menunggu hujan reda di serambi, akhirnya si bapak tua tersebut bertanya kepadaku, apakah sepedamotor yang membawa barang dagangan adalah milikku, dan kujawab benar, itu dagangan saya pak, lalu beliau mengisahkan perjalan hidupnya, dulu si bapak ini memiliki 50 orang karyawan dalam usaha pembuatan tas dari biji manik-manik, dan berhasil mengkuliahkan 3 orang anaknya, ada yang jadi guru, kerja di telkom dan satu lagi saya lupa kerja dimana, beliau menceritakan mulai dollar di era presiden Soeharto Rp 3.000 sampai krisis 98 menjadi Rp13.000, tetapi semenjak anak-anaknya lulus dan bekerja, usaha tas manik manik sudah tidak berjalan lagi, entah mengapa sebabnya, atau karena sudah menyelesaikan kewajiban terhadap anaknya ataukah karena nilai tukar rupiah yang jauh melemah, atau alasan karena alasan yang lain. 
          Dia menceritakan, sekarang bekerja sebagai pedagang kaki lima di pasar-pasar, berganti dari pasar A ke Pasar B dan seterusnya, sampai suatu ketika terjadi dialog antar pedagang, si bapak ditanya berapa gaji anaknya yang telah jadi guru yang juga merangkap menjadi wakil kepala sekolah, dijawab sama si bapak: 3juta/bulan, dan para pedagang yang lain menimpali, kalau 3 juta berarti sama dong dengan kita yang jualan di pasar pak, bahkan kita bisa lebih banyak, si bapak tua pun tampak bingung menjawabnya, seakan si bapak tua diledek, seorang sarjana kok gajinya sama dengan kita-kita (pedagang kaki lima), pikirnya. Beliaupun bercerita kepadaku, memang hasil dari jualan kaki lima, pindah dari pasar satu ke pasar yang lain meski tidak memiliki lapak dia bisa mendapatkan 1-1,5 juta selama se-Minggu dari modal 3,5juta, jadi paling tidak dia bisa dapat keuntungan bersih 4-6juta/bulan dengan  bermodalkan sepedamotor dan gantungan baju, yang lebih  mengejutkan si pak tua mengatakan dia tidak bisa membaca, biarlah dia tidak bisa membaca asal anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi.
          Aku pun berfikir kenapa tadi tidak kujawab bahwa orang yang menuntut ilmu (termasuk kuliah) itu adalah kewajiban, dan Allah pun menjamin akan meninggikan derajat orang yang berilmu, sederhananya seorang guru pasti lebih dihormati dibandingkan yang lain meskipun kalau dari nilai nominal itu lebih banyak yang lain. Semoga tercerahkan.

Comments

Popular posts from this blog

Sholawat Wasiat KH Ahmad Umar bin Abdul Mannan

Allahumma sholli wa salim ‘alaa Sayyidina wa maulanaa muhammadin ‘adada maa fi ‘ilmillahi sholatan Da’imatan bida wa min mulkillahi Wasiate Kyai Umar maring kita Mumpung sela ana dunya dha mempengo Mempeng ngaji ilmu nafi’ sangu mati Aja isin aja rikuh kudu ngaji KH Ahmad Umar bin Abdul Mannan Surakarta Dha ngajiha marang sedulur kang ngerti Aja isin najan gurune mung bayi Yen wus hasil entuk ilmu lakonono Najan sithik nggonmu amal dilanggengno Aja ngasi gegojegan dedolanan Rina wengi kabeh iku manut syetan Ora kena kanda kasep sebab tuwa Selagine durung pecat sangka nyawa Ayo konco padha guyub lan rukunan Aja ngasi pisah congkrah lan neng-nengan Guyub rukun iku marakake ruso Pisah congkrah lan neng-nengan iku dosa Ing sahrene dawuh rukun iku nyata Ayo enggal dha nglakoni aja gela Aja rikuh aja isin aja wedi Kudu enggal dilakoni selak mati Mula ayo bebarengan sekolaho Mesti pinter dadi bocah kang utama Budhi pek

Hukum memasang Kijing pada Makam

Hukum memasang Kijing pada Makam Tidak sedikit kita mengaku sebagai warga NU, tetapi terkadang keputusan hasil bahtsul masail kurang bergitu faham atau bahkan tidak pernah baca, padahal semua sebenarnya sudah ada, misalnya tentang bagaimana hukum memasang Kijing pada Makam Tampak makam KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) di kompleks pemakaman keluarga pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (27/12). TEMPO/Ishomuddin Deskripsi Masalah Masyarakat Jawa sering melakukan "nyandi makam (memasang kijing)  setelah seribu  hari  dari wafat seseorang dan itu terjadi di makam umum. Pertanyaan Bagaimana hukumnya "nyandi makam"  termasuk makam para Wali? Jawaban "Nyandi makam" atau membuat bangunan di atas kubur atau di atasnya tanpa tujuan syar'i seperti dicuri, digali binatang buas atau terkena banjir, maka hukumnya makruh jika tanahnya milik sendiri. Tetapi jika di tanah milik umum, maka hukumnya haram. Sedangkan "nyandi makam&q